Terinspirasai (hallah) dari sebuah artikel yang ditulis Mbak Linda Shabrina yang berjudul ‘Kalau Jodoh Pasti Dipermudah?‘ saya jadi tertarik untuk (kembali) menceritakan seorang teman saya.
Dalam tulisannya, Mbak Shabrina memberi contoh jodoh antara Nabi Adam dengan Hawa, Nabi Ibrahim dengan Sarah dan Hajar, juga jodoh antara Nabi Zakaria, Nabi Yahya, dan Maryam. Di mana dari tiga ‘perjodohan’ itu merupakan bagian dari rangkaian takdir kehidupan yang begitu panjang di masa yang akan datang. Dan tentu saja tiga contoh ‘perjodohan’ itu bukan perkara yang mudah.
“Menurutku, jodoh itu tidak selamanya mudah, ada perjuangan yang harus dibayar untuk bertemu dengannya. Selain perjuangan mendekatkan diri dengan Allah, juga perjuangan memantaskan diri untuk bertemu dengan jodoh kita, apapun dan siapapun dia. “
Begitu yang ditulis Mbak Shabrina. Ya, perjuangan mendekatkan diri dengan Allah, juga perjuangan memantaskan diri untuk bertemu dengan jodoh kita, apapun dan siapapun dia. Apapun dan siapapun dia, harusnya memang seperti itu. Bukankah jodoh itu sudah tertulis di Lauhul Mahfutz? Dia tidak akan pernah tertukar. Kita hanya perlu berjuang agar dipertemukan dengan jodoh atau pasangan yang sudah ditakdirkan Allah itu.
Kalimat yang saya pertebal itu mirip sekali dengan kalimat yang diucapkan seorang teman kepada saya. Dia seorang dokter alumni UNAIR Surabaya. “Saya tidak akan mencintai orang lain kecuali nanti suami saya. Dan bagaimanapun saya pasti akan mencintainya.” Begitu ceritanya pada saya. Sebelum menikah, Mbak dokter itu tidak pernah berpacaran. Dan dengan keajaiban Allah, Mbak dokter dipertemukan dengan jodohnya seorang tentara. Hanya satu minggu setelah menghubungi Mbak dokter itu byphone, si laki-laki yang belum pernah melihatnya datang dari Kalimantan ke Jawa untuk melamar Mbak Dokter. (Laki-laki itu adalah anak angkat teman ibu Mbak dokter yang sudah lamaaaa sekali terpisah, tiba-tiba teman itu menghubungi ibunya menanyakan kesiapan Mbak dokter). Dan semuanya berjalan dengan mudah. Karena memang keduanya sudah siap menikah. Keren sekali!
Bisa jadi, apa yang diperoleh teman saya itu adalah balasan atas apa yang selama ini dia lakukan. Dia begitu kuat menjaga hati dan dirinya, hingga akhirnya dia dipertemukan dengan orang yang memang halal untuknya. (Terkadang saya berharap mendapat keajaiban seperti teman saya itu. Ahh, tapi saya malu. Apakah saya pantas memperolehnya? Sementara saya hanya seorang perempuan seperti ini.)
Yah, begitulah jodoh. “Kadang ada yang bilang, “mungkin bukan jodoh, makanya dipersulit.” Menurutku itu pemikiran dudul deh ;)) Hanya orang yang pasrah dan gak bermental pejuang yang bilang kayak begitu.” tulis Mbak Shabrina. Ya, saya pun setuju dengan kalimat itu. Jodoh itu harus diperjuangkan.
iya, kadang ada yang sudah pacaran bertahun2..ternyata gak jadi nikah
Hu-um betul Mbak. beberapa temanku ada yang seperti itu. Bahkan ada yang sudah bertunangan, putus.pengen banget kaya Mbak dokter itu, haha # curcul #Kakakku juga, cuma ketemu sekali di bis, berapa hari kemudian yang laki-laki datang ke rumah, minggu depan lamaran! ck ck ck
karena manusia lebih mempercayai hatinya daripada Tuhannyawalau ketemu cuma sekali, tapi kalau hasil istikharah-nya mantap, ya sudah..nikah aja gplsaya juga gitu, taaruf–khitbah-nikah
Sepakaaat…hehe
waaaaaah! so swiiiit! aku juga mau dunk… hahahaSenang kalau dengar cerita2 seperti itu ^_^
SIP!
aku pernah cerita tentang “proses” ( taaruf, khitbah, nikah di sebuah jamaah ) ke temenku yang psikolog. waktu aku bilang, “kalau keluarga lelaki gak nerima akhwatnya, berarti proses gak berlanjut, berarti gak jodoh.” temenku yg psikolog langsung bilang, “hah?! jadi yang ikhwan gak memperjuangkan? cinta kan harus diperjuangkan. insting mati banget siy! gak ada upaya untuk memperjuangkan sedikitpun.”Dari percakapan itu aku jadi berpikir, bener juga ya.. Jodoh memang ketetapan yang misterius. Namun, dalam dimensi ikhtiar, penilaian Allah tentang ikhtiar kita setara dengan menilaian atas ikhtiar takdir mana pun. Harus ada upaya dan perjuangan, gak boleh pakek insting mati.
=) Seneng bacanya (kmrn q mw bilg gini lho ‘kita kok barengan wktunya sih?’ tpi kyknya kmu lgi tburu2. Jwbn mb iis gmn?)
numpang lewat ya mbak 🙂
hhehehe, Alhamdulillah kalau mbak seneng, ya tapi curcl juga itu, hahahaiyo terburu-buru lah… kan magrib ku lebih awal. secara aku di ujung timur pulo Jawa, lha Mbak di ujung barat. Lanjut di sms aja yah!
monggooo ^_^
Yapz! bethul Mbak!kalau alasan penolakannya syar’i, itu baru beda…
hayu ahh …
hayu kemana nieh ? ^^
eheeeemm….;-)
Eh-hem juga 😛
Sepakaaat..Harus diperjuangkan..Ayoo.. Smangat berjuang.. ^_^
SMANGAAAAAT (Aih? Seneng amat yak!)semangat berjuang! perjuangan mendekatkan diri dengan Allah, juga perjuangan memantaskan diri untuk bertemu dengan jodoh kita, apapun dan siapapun dia.
ck…ck…ck… tulisan yang sangat inspiratif dan bermanfaat, like this lah! 🙂
🙂 AlhamdulillahTapi ntu juga gara-gara Mbak Linda. hehehe.
kok gegara aku? >,<
^o^