Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang saling berhadapan. Apabila mereka saling mengenal (sifatnya, kecenderungannya dan sama-sama sifatnya) maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.
Cinta, entah sejak kapan ia berada di antara kami. Ia menjadi kebahagian kala bersama. Ia telah menjadi perhatian, ilmu, bahkan mungkin ‘penjagaan’. Dan yang jelas, ia menjadi kerinduan kala terpisahkan.
Waktu dan tempat, mau ataupun tidak, telah memisahkan kami. Juga memisahkannya dengan orang lain yang saling mencintai dengannya. Mungkin telah menciptakan ‘kesendirian’ baginya. Hingga ia butuh waktu sejenak untuk sekedar menuangkan isi hati dan pikirannya.
Aku sadar, siapalah aku ini. Hanya seorang teman baginya. Mungkin seorang adik yang teramat jahil dan usil. Aku yang memang begitu kaku dan susah mengatakan hal-hal yang so sweet untuk didengar. Namun dalam hatiku, aku merasakan kesendirian yang dirasanya.
Siapalah aku? Namun aku ingin menemuinya. Dan berharap menjadi obat rindu baginya. Meski mungkin kehadiranku tak kan berarti apa-apa terhadap hidup yang kini sedang dijalaninya.
Betapapun, dia dulu adalah salah seorang yang menguatkanku ketika aku rapuh, meluluskanku ketika aku bengkok, dan memelukku ketika aku merasa sendiri. Doakan ya kawan! Agar saudaraku kembali kuat, kembali tegas, kembali seperti dulu. Kembali menjadi seorang muslimah sejati.