[Wisata Kebun Teh Kaligua dan Gua Jepang]
Tujuan kami mbolang adalah ke kebun teh Kaligua. Tiket masuk adalah Rp 8.000 per orang ditambah parkir Rp 2.000 per motor. Saya lupa tidak melihat berapa tarif parkir untuk mobil. Kebun teh Kaligua merupakan wisata agro terpadu. Selain menyajikan kebun teh yang rapi, di wanawisata ini juga terdapat waduk buatan yang bernama waduk Tuk Bening yang sekaligus menjadi arena permainan air, air terjun Tuk Bening, dan Gua Jepang. Selain itu juga tersedia layanan flying fox dan outbond. Wisata kebun teh Kaligua yang dikelola oleh PT. PN X ini juga melayani outbond bagi instansi atau perusahaan.
Awal kami datang, adalah menikmati hamparan kebun teh di lautan bukit yang begitu menyenangkan. Tentu sambil foto-foto. Haha.
Selanjutnya kami menuju waduk Tuk Bening, gua Jepang, dan air terjun Terjun Tuk Bening yang berada di satu kompleks. Jaraknya sekitar dua kilometer dari pintu gerbang. Motor kami titipkan di ‘gerbang kedua’ selanjutnya kami berjalan kaki. Dari pintu gerbang kedua hingga gua Jepang, diperlukan perjalanan lagi sekitar 700 meter -menurut perkiraan saya-. Ada satu mobil khusus untuk mengangkut orang menuju gua Jepang.
Pertama, kami menuju waduk terlebih dahulu. Dan saya akui bahwa air di waduk mungil itu benar-benar bening.
Lalu kami menuju gua Jepang. Kami menumpang mobil khusus yang saya sebut di awal. Kami tidak tahu berapa ongkosnya karena kami berhasil naik dengan gratis! Yihi! Pada bagian ini berapa backpacker sejati :p
Gua Jepang
Gua Jepang merupakan gua buatan yang dibuat semasa pendudukan Jepang di Indonesia. Gua ini digunakan sebagai tempat persembunyian tentara Jepang dan sekaligus mengurung dan menyiksa tahanan orang pribumi. Gua ini panjangnya sekitar 850 meter. Gua tersebut lengkap dengan dapur, ruang tahanan, ruang sidang, dan ruang penyiksaan. Gua ini sempat vakum dari tahun 1945 hingga tahun 1985 baru mulai difungsikan dan dirawat. Itulah keterangan umum yang saya dapat dari bapak pemandu.
Dan ada satu hal yang sangat menarik. Di dalam gua itu terdapat ‘ruang ritual’ yaitu sebuah ruang difungsikan sebagai mushola. Para pekerja romusha yang membuat gua adalah penduduk pribumi yang muslim. Sehingga hal yang mereka utamakan adalah tempat untuk beribadah. Salam sejahtera untuk mereka semua. Semoga amal-ibadah dan ketulusan mereka bisa menjadi contoh perjuangan agung bagi kita penerus perjuangan. Dan menurut informasi dari bapak pemandu, di sekitar ruangan itu tiba-tiba (dan sering) tercium aroma yang wangi menenangkan.
Air Terjun Tuk Bening
Lepas dari gua Jepang, kami naik menuju air terjun Tuk Bening. Dari gua Jepang, ada dua pilihan jalur untuk naik. Jalur ekstrim dan curam dan jalur landai tapi lebih jauh. Berangkat kami memilih yang pertama dan turun kami pilih yang kedua. Tidak ada keterangan apa-apa yang bisa saya tulis mengenainya. Hanya satu, dari sana, melihat pemandangan di bawah jadi semakin bagus.
Keterangan model foto :
Jaket hitam : Dianne
Jaket toska : Dyah
Bersambung…
–**–
Cheers ^___^
Dyah Sujiati
berdua doang emangnya seru yah kalo jalan jalan…?
adem ya keliatan..menyenangkan..ehm..kombinasi yang menarik dy..untuk warna kostummu.. Siip 🙂
nah kalau narsis gitu kan ada nilai plus, tapi kok ga pada kelihatan berantakan ya?
di mana topi merah dan syal lehernya? katanya Bolang?