Parodia Magnifica

Beberapa kali saya berkesempatan bertemu dengan orang yang ibarat mencari hakikat kehidupan. Sedang berusaha menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan, ‘untuk apa saya hidup’? Lantas tahapan berikutnya setelah dia menemukan jawaban dari pertanyaan pertama, adalah di mana jalan (rute) untuk mencapai tujuan tersebut. Jika jalannya sudah ketemu, yang menjadi penting berikutnya adalah bagaimana menjalani jalan tersebut dengan riang gembira. Itu jika semua lancar dan tidak ada arang melintang. Tapi antara teori dan kenyataan sering kali tidak membentuk fungsi linier. Ada banyak variabel tak terduga yang akan membentuk fungsi yang kadang sulit diprediksi. Namun begitulah adanya hidup.

Nah lho? Emang lagi ngomongin apa coba? Sepertinya itu terlalu serius. Jadi membosankan. 😛

Setelah tidak menulis ternyata saya jadi kagok nulis lagi. Padahal ada banyak sekali yang ingin saya tulis. Hufh. Dari dulu tak berubah si saya ini. Begitu-begitu saja! Baiklah, anggap saja ini adalah pemanasan. Mudah-mudahan saya bisa kembali menulis sesuatu yang bermanfaat. Aamiinn.

Dan sekedar curhat juga. (ngapain cobak?). Saya memang tidak begitu menyukai bunga. Bunga yang paling saya suka adalah mawar merah. Terkadang saya heran, kenapa orang-orang menyukai bunga? (?)

Bisa jadi karena pengalaman pahit yang pernah saya alami. Sewaktu SMP, saya membeli bunga yang sudah berbunga begitu cantik. Saya lupa namanya. Daripada saya sebut dan salah kan maluw. XD Saya tanam dengan khidmat dan sepenuh hati. Saya duga dia akan hidup dengan baik dan menghiasi halaman saya dengan bunganya yang menawan. Indah sekali. Seperti taman-taman yang ada di film India saat adegan menyanyi. Cincai.

Namun ternyata, sejam kemudian, sekawanan bapak pucung tak tau adat memakan tanaman saya tak bersisa! Nasib. Wassalam.

Beberapa tahun berselang ketika saya sudah SMA. Saya melihat halaman tetangga saya menawan sekali lantaran penuh dengan bunga teletubbies. Saya bersemangat sekali mencari peranakan tanaman yang sudah mulai tumbuh. Saya cangkul halaman saya dan menanamnya dengan bijaksana. Kalau tidak salah ingat saya menanam di sekitar 77 lubang. Halaman saya sudah seperti ladang kedelai saja. Tanaman yang saya tanam awalnya layu. Tapi esok pagi sudah tampak segar.

Seminggu kemudian saya memupuknya dengan pupuk kandang. Seminggu kemudian para teletubbies sudah besar. Mulai berbunga. Saya pupuk lagi. Batangnya makin besar dan bunganya makin lebat. Tapi di luar perhitungan, batang tanaman tidak proporsional. Lalu satu per satu mereka mulai tumbang lantaran kebesaran batang. Dan akhirnya wassalam. Sementara halaman tetangga saya makin menawan. 😐

Setelah itu saya tidak lagi berurusan dengan tanaman. Dari pada saya kena PHP melulu kan?! Sepertinya bunga bukanlah kawan yang baik untuk saya.

Hingga akhirnya… Tiga minggu yang lalu saya mendapat souvenir berupa kaktus. Cantik sekali. Saya suka, saya suka. Saya seperti menemukan belahan jiwa. Layaknya kebahagiaan seorang yang telah menemukan jawaban atas pertanyaan, ‘untuk apa dia hidup’? *lebaydotkom

Parodia Magnifica 1 Parodia Magnifica 2

cheers ^_^
Dyah Sujiati

About Dyah Sujiati

Tentang saya?! Seperti apa ya? Entahlah. Kalau saya yang nulis, pasti cuma yang baik-baik saja. Dan itu sulit dipercaya. XD XD XD Tapi harus percaya kalau saya seorang blogger yang tidak main sosmed. Twitter off per 4/4/2019, tidak punya Facebook, Instagram, Path, dll.
This entry was posted in Intermezzo. Bookmark the permalink.

6 Responses to Parodia Magnifica

  1. mysukmana says:

    mbak kaktusnya bagus,berapaan kira kira harganya..

  2. winnymarlina says:

    itu nama latin kaktus kan Parodia Magnifica

  3. mawi wijna says:

    kenapa orang-orang menyukai bunga? ini sama seperti pertanyaan, kenapa orang-orang suka durian, yang mana jawaban “indah” atau “enak” itu tak serta merta bisa dipetakan ke dalam fungsi non-liner.

  4. Rini says:

    bagus banget itu…. rawat baik baik ya sist.

  5. Uchi says:

    Kaktus?? Saya suka.. saya suka.. 🙂
    Syantiiik kaktusnya

Leave a reply to Rini Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.