Hello 2021! Waktu melesat, bagai anak panah yang dihempaskan menuju satu titik dengan berbagai macam pilihan. Tak terasa 2020 telah berlalu dengan sebuah kenangan yang tak terlupakan oleh kita semua. Sekonyong-konyong pandemi covid19 menyelimuti seluruh dunia. Merubah tatanan hidup dengan semena-mena.
Nyawa, duka, dan segalanya yang terdampak. Hingga sendi-sendi ekonomi yang lumpuh. Sampai pada pertanyaan tanggung jawab pengelola negara. Ah, terlalu muluk-muluk saya, karena saya juga di koordinat yang sama: binun mo ngapain.
Alih-alih bertanya-tanya (mengeluh) tidak bisa melakukan ini-itu karena pandemi, jauh lebih asyik saat kita menatap ke bawah pada mereka yang kehilangan. Karena kita masih sehat. Kita masih mengerjakan hal-hal yang (insyaAllah) bermanfaat sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing.
Ahay… saya tidak sedang menghibur diri sendiri lantaran di masa pandemi ini, deadline tetap datang silih berganti dan serasa tiada habisnya. “Pandemi, produktif!”, just like that, walau bisa dibilang absurd juga sih hasilnya. Hahhaa. Semakin tak jelas dah. Sampai-sampai lapak ini juga kering. Adakah di sana yang merindukan diriku? (Ge er, wkwkwk.) Lama diriku tak merangkai kata dalam cerita, meski banyak yang ingin kukabarkan pada dunia. *jiah, apaan coba?
Satu hal yang memaksa saya menarikan jempol kiri kanan dalam blog ini adalah lantaran usai menamatkan drakor berjudul Kairos. Yihaa 💃💃
Kairos dalam bahasa Yunani berarti waktu. Drakor ini bergenre thriller misteri yang menyuguhkan cerita seseorang yang bisa berhubungan dengan orang yang hidup satu bulan setelahnya. Mereka hanya bisa bicara di telepon pada jam 22:33 tepat satu menit setiap harinya. Irrasional banget sih.
Tapi bukan itu pointnya. Poinnya adalah banyak pelajaran hidup yang entah niat disampaikan oleh penulis naskah atau memang terjadi begitu saja kalau memang dianggap sebagai sebuah pelajaran (?).
Pelajaran yang paling ingin saya amankan adalah tentang menghargai waktu. Di episode terakhir, ketika mereka akhirnya telah terhubung di waktu yang sama. Ada satu harapan dari si tokoh utama. Bahwa selama ini, dia telah menghabiskan waktu untuk menunggu jam 22:33. Kini dia ingin menikmati setiap detik waktu yang dia miliki.
Ini menyadarkan kita akan hal yang sama. Apalagi seorang muslim baligh yang berakal. Setiap detik kita kelak akan kita pertanggungjawaban. Kesalahan yang telah berlalu, Allah bukakan pintu taubat. Sedang satu detik yang akan datang dan seterusnya, adalah masa yang penuh dengan berbagai pilihan. Juga, menerima bahwa segalanya yang telah terjadi adalah atas Kehendak-Nya. Mengandai-andai hal yang tidak terjadi sama saja menyalahkan Allah atas takdir yang telah Ia tetapkan.
Melihat ending drakor Kairos, selain happy ending yang melegakan, juga mengingatkan saya untuk bersyukur, atas nikmat waktu yang Allah berikan. Atas iman dan islam. Dan juga saatnya menikmati setiap detik waktu yang masih Allah sisakan, baik itu berjalan, berdandan, menunggu, dan lainnya. Eaaaa.
Cheers, ^_^
Dyah Sujiati
Teruslah menulis…. gajah mati meninggalkan gading…
Drama korea walau begitu, sy akui memang selalu ada sisi baik yg bisa dijadikan pelajaran 🙂
Manteppppp👍
Ngena bgt
Btw aku blm tau drakornya
😅😅😅
mbk kangen, masih inget aku nggak hehe