Tidak Tahu

Hujan dari tadi belum usai. Butiran-butiran air masih saja turun dengan frekuensi tak tentu. Jika mungkin ada alat ukur frekuensi kerapatan air hujan lalu menterjemahkannya dan kemudian menyajikannya dalam bentuk angka, dan kemudian angka-angka itu disajikan dalam grafik, pastilah grafik yang terbentuk bukan seperti grafik fungsi kuadrat apalagi fungsi linier. Entahlah, saya sudah lama tak membaca dan menikmati seni angka, jadi pengetahuan saya yang minim ini makin minim. Huhf.

Hujan sore ini, selain menyisakan air di genangan, juga menyisakan dingin, sepi-bagi anak kost macam saya-, dan rasa-rasa aneh lainnya. Meski bagi saya secara pribadi, saya amat sangat teramat mencintai hujan.

Saya membawa motor menuju sebuah kampung yang juga masih disiram hujan. Ada sebuah gardu yang di sana ada seorang kakek tua duduk seorang diri. Beliau bukanlah orang asli kampung tersebut. Namun beliau adalah penjual kacang keliling yang telah habis kacangnya.Beliau terlihat sudah sangat tua. Nampak lebih tua dari ayah saya yang hampir berusia 70 tahun.

Beliau nampak ceria karena baru saja tersenyum pada tuan rumah depan gardu. Melihatnya, rasa sepi dan senang di hati saya berubah. Tak karuan. Saya sendiri tidak tahu. Jadi banyak pertanyaan yang bermunculan. Jadi ada banyak perasaan yang juga tiba-tiba hadir. Imajinasi saya jadi liar kemana-mana. Teringat ini dan itu, yang seharusnya begini dan begitu. Kerumitan dan ke-kompleksitas-an hidup dan kehidupan, sistem dan prosesnya, serta tujuan akhir. Pun, siapalah saya dan di manakah. Tidak tahu.

Di kota ini, tepatnya di kampung ini, rumah-rumah mewah dan megah kokoh berdiri. Orang-orang di dalamnya mungkin sedang asyik menonton serial televisi dan memakan camilan antigendut sambil menikmati hujan yang turun tanpa kedinginan. Atau mungkin ada yang sedang tertidur nyenyak. Atau mungkin sedang asyik membicarakan masa depannya dan mungkin (mungkin dalam mungkin?) membicarakan masalah-masalah bangsa dan negara yang tak kunjung dewasa meski usianya telah senja. Entahlah, tidak tahu.

Yang nampak nyata di depan mata saya adalah kakek tua di gardu yang entah menikmati hujan atau malah mengutukinya karena beliau tak bisa segera pulang. Imajinasi liar saya membandingkan ketidaknyamanan kakek itu daripada penghuni rumah-rumah mewah di sini. Mempertanyakan ini salah siapa? Lalu saya bisa apa? Menemani beliau duduk di gardu? Itu tidak realistis. Tiba-tiba memberinya uang? Itu juga lebih tidak realistis. Salah-salah bisa menyinggung beliau. Kecuali jika dagangannya masih ada, saya bisa sambil membelinya.Seandainya ada yang bisa saya lakukan, hal yang lebih realistis untuk menjadikan kehidupan(nya) lebih baik, apa pun itu, akan saya kerjakan. Sayangnya, saya tidak tahu. 😥 Mendoakannya? Itu pasti, tapi itu adalah selemah-lemahnya iman.

Imajinasi semakin liar, semakin membuat saya, entahlah. Semakin kecewa mungkin, kecewa pada diri sendiri karena masih begini-begini saja. Ya Allah, ampunilah kelemahan saya.

About Dyah Sujiati

Tentang saya?! Seperti apa ya? Entahlah. Kalau saya yang nulis, pasti cuma yang baik-baik saja. Dan itu sulit dipercaya. XD XD XD Tapi harus percaya kalau saya seorang blogger yang tidak main sosmed. Twitter off per 4/4/2019, tidak punya Facebook, Instagram, Path, dll.
This entry was posted in Hikmah and tagged . Bookmark the permalink.

6 Responses to Tidak Tahu

  1. pitaloka89 says:

    Meski bagi saya secara pribadi, saya amat sangat teramat mencintai hujan. –> pemborosan kata :p

    Apa kabar ukh?
    Ah, jadi pengen kacang rebus anget…

  2. Belilah kacang rebusnya, ajak ngobrol. Sebagai pendengar setia tentu cukup bisa menyenangkan hatinya.

  3. chuin5 says:

    Saya suka kacang rebus

  4. jika ketemu lg dan masih byk kacangnya beli lg sj…..beres kan???

  5. jampang says:

    kecewa pada diri sendiri -> kecewa pada Zat yang telah menciptakan diri???

  6. lazione budy says:

    “saya kelebihan duit ni kek, ini saya kasih duit”
    lempar duitnya ke kakek. eh maap.

Thanks For Read :)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.